By : Larung Biru
segenap malam melipat butiran rindu
pada sunyi yang mengendap di dadaku
bukankah ini malam kesunyatan yang kesekian kalinya
cemandik ayu jumangkah ing awang
gemrenggeng roso mendem kangenku seng pati
gilar kaukung kadya riaking tirta
aku terjelembab dalam gatra rindumu yang paling lungkrah
dan malam ini kita
yang masih mengerutkan dahi
menjelma petang mengundur pandang
tibatiba lelangit mengirim hujan
dalam dada puisi
lalu kita berseremoni
coba lihat pesona bulan itu, ia membias cahaya yang
meranum
menganyam bait-bait pasir yang luruh di terpa hujan
sedangkan rindu bagaikan ladam
menarik ulur getar aishiteru
kita hanya sepenggalan musim yang pecah
tapi waktu mengembalikan pada langit yang paling wangi
: adalah hatimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar